Berita Fundamental
Dolar AS mengalami aksi jual besar-besaran pada hari Senin kemarin menyusul penurunan peringkat utang AS oleh lembaga pemeringkat Moody's di akhir pekan lalu karena kekhawatiran defisit. Ditambah lagi, rencana Presiden Trump mengajukan RUU pemangkasan pajak penghasilan, yang bisa memicu defisit penerimaan hingga $3 triliun.
RUU Trump akan menambah utang sebesar $3 triliun hingga $5 triliun, menurut beberapa analis nonpartisan. Utang fiskal yang membengkak, ketegangan perdagangan, dan melemahnya keyakinan terhadap AS yang berlarut-larut telah membebani aset AS.
Dolar diperdagangkan sideways pada hari Selasa setelah merosot selama seminggu, tertekan oleh kehati-hatian Fed terhadap perekonomian dan karena anggota parlemen AS semakin dekat untuk meloloskan RUU yang diharapkan akan memperlebar defisit fiskal negara.
Indeks dolar AS telah jatuh sebanyak 10,6% dari level tertinggi bulan Januari, salah satu penurunan paling tajam dalam periode tiga bulan.
Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan bahwa bank sentral mungkin hanya dapat memangkas suku bunga seperempat poin selama sisa tahun ini mengingat kekhawatiran tentang meningkatnya inflasi yang dipicu oleh pajak impor yang lebih tinggi.
Ada potensi dolar AS akan terus melemah akibat kedua hal tersebut diatas. Sehingga mampu mendukung penguatan mata uang negara utama lainnya.
Outlook Dolar AS
